Friday, December 30, 2011

INDAHNYA BERBAGI RASA


Beberapa saat yang lalu di sekitaran kawasan Nagoya aku sedang menikmati teh tarik special yang konon katanya paling uenak sedunia dan beberapa potong pisang goreng. Biar dikatakan sibuk, aku pura-pura ngotak-atik ponsel ku yang emang dasarnya sudah butut. Mo calling temen-temen tapi pulsa dah mepet, belum dapat transferan dari sephia yang lagi sibuk syuting sinetron terbarunya. Jadi terpaksa deh, bisanya sms-an doang mengabarkan ini dan itu sambil berkhayal seandainya aku jadi orang yang beken gimana ya rasanya…..

Ketika alam khayalan sudah berada dilangit ketujuh, tiba-tiba aku dikagetkan oleh teguran seorang anak kecil yang berusia sekitar 10 tahunan sambil menenteng kantong plastik berwarna hitam berisi sebuah roti yang sudah sisa. “om…., pisangnya masih mau dimakan nggak, kalau sudah nggak dimakan lagi bisa saya minta?” tegur si bocah tadi. Sejenak aku terperanjat sambil mengamati penampilan si bocah yang sudah agak dekil ini, sambil mencari-cari jawaban siapa sebenarnya dia, kenapa anak sekecil ini sudah jadi peminta-minta dan lainnya.



“Silahkan…, kebetulan om sudah kenyang” jawabku spontan. “Terimakasih om…., mudah-mudahan Allah membalas kebaikan om” kata anak itu dengan girangnya. Aku terhenyak, gara-gara satu setengah potong pisang goreng si anak mendoakan dengan sedemian ikhlasnya. “Ya sudah, kalau belum makan om pesankan makan ya, kita makan bersama sekalian bincang-bincang” kataku yang sok ingin jadi orang baik.

“Nggak usah om….., cukup pisang ini saja saya sudah terimakasih” sahutnya. “Kenapa, nggak mau? Om ikhlas kok seandainya bisa membantu minimal membelikan makan untuk kamu. Pokoknya mau ya?” bujuk ku sedikit memaksa agar bisa mendapat sedikit pahala di hari itu. “Baiklah kalau om agak memaksa, tapi kalau boleh di bungkus aja ya om makanannya?” pintanya. “Emang kenapa kalau makan disini, malu ya sama orang-orang itu?” tanyaku sambil melirik kekanan dan kekiri yang memberitahukan ada beberapa orang ditempat tersebut.

“Bukan om…, kenapa saya minta untuk dibungkus karena kalau saya makan disini cukup saya saja yang kenyang, tapi kalau saya makan dirumah ada 2 orang teman saya yang bisa menikmatinya. Dia bernama Andi dan Parman. Saat ini Andi sedang sakit jadi Parman menemaninya di rumah. Biasanya sih kami bertiga selalu bersama-sama mencari makan. Hanya itu keluarga saya om, Ibu saya sudah meninggal saat saya berusia 5 tahun, sedang ayah saya siapa saya nggak tahu” terangnya.

Jawaban si anak tersebut benar-benar membuat saya terharu. Betapa anak seusia dia mempunyai tanggung jawab yang sedemikian besar. Betapa anak seusia dia sudah mempunyai empati dan rasa berbagi dengan temannya……!!!

Ya Tuhan..., saya tahu, si anak tadi bisa saja makan sendiri untuk mengatasi rasa laparnya. Mungkin juga dia bisa menyimpan sendiri untuk persediaan makan dia sampai malam. Tapi itu tidak dia lakukan. Dia malah akan membagi kepada teman-temannya untuk sama-sama menikmati makanan pemberian saya. Bisa kita bayangkan, seorang anak kecil yang untuk makan malam saja belum tentu dia dapat, masih mau BERBAGI RASA dengan temannya…...

Subhanallah.., berbagi rasa ternyata bukan milik kaum yang berada saja. Saling memberi bukanlah dominasi kaum berduit saja. Justru mereka jauh lebih bernilai dihadapanNya. Karena mereka memberikan, membagikan sesuatu yang justru mereka butuhkan dan mungkin saja paling berarti bagi mereka saat itu.

Orang mampu, kaya belum tentu mau memberikan yang terbaik dalam hidupnya untuk orang lain. Kalau memberi baju, umumnya baju bekas yang diberikan, daripada ga di pake, daripada dibuang. Nilainya sungguh jauh berbeda dengan makanan sederhana yang dibagikan oleh anak tadi, bisa jadi baju bekas yang kita berikan lebih mahal.

Seandainya saja kita mau berfikir dan bertindak sama dengan yang dilakukan si anak kecil tadi, mungkin tidak akan terlalu jauh kesenjangan di Negara ini…..
Mudah-mudahan……..

Salam,
Eko Sumarsono


No comments:

Post a Comment